Amani berdiri di sisi saya.


"What are you doing, mummy?"


"I'm making some coffee?"


"For who?"


"For all of us"


"Wow..I like coffee"


"Tapi coffee ni tak elok kalau kita minum selalu-selalu tau. Minum air kosong  lagi bagus"


Dia terus memerhati saya. Saya membiarkannya. Harapan saya biarlah dia belajar dan tahu bagaimana membancuh air kopi.


"Nanti senang..bila dah kawin, mak mertua datang rumah nak minum kopi, Amani pandai buat  kopi, tentu mak mertua sayang" kata saya berseloroh.


Dia hanya ketawa. Mungkin belum sampai di fikirannya untuk memikir perkara-perkara sebegitu. Dulu, saya dan mak saya pun begitu. Mak asyik cakap pasal kawin bila saya berada di dapur sambil melihat dia memasak.


Tidak lama kemudian, Jihadi muncul di dapur.


"You are making coffee?"


"Yes, I am"



"Let me see"



Jihadi menjenguk ke dalam teko.


"The science teacher was right"


"Right about what?" I asked him.


"She said instant coffee would dissolve if we put it in hot water"


"The sugar too"
 said Amani.


"You put sugar in this pot?"


"Yes, to make the taste better"


"Kita memerlukan tiga bahan untuk membuat minuman ini - kopi segera, air panas dan gula. Kita boleh tambah creamer jika kita mahu" kata saya.


"Hot water is the solvent. It will dissolve instant coffee and sugar " said Amani.


"What happen if we use cold water?" asked Jihadi.


"Kopi dan gula akan larut juga tapi mengambil masa yang lebih panjang"
 kata saya.


"Mummy, why do you keep stirring it?"
 Jihadi asked.


"To make instant coffee and sugar dissolve faster" said Amani.


"What will happen if we use tea instead of coffee?"
 asked Jihadi


"What do you think will happen?"


"Tea does not dissolve, right?" asked Amani.


"If we use instant tea, yes it will dissolve completely, sama macam instant coffee" kata saya.


"Ada ke instant tea, mummy?" tanya Amani.


"Hari tu mummy ternampak ada jual di supermarket tapi mummy tak beli. Next time kita beli instant tea pulak"


"Kalau mummy letak kopi, gula dan air panas dalam teko ni.. yang keluar ikut mulut teko ni nanti, air apa?" tanya saya.


"Tentulah air kopi. Kalau mummy letak tea, yang keluarnya tentulah air teh"kata Amani.


"Unless you have some magic, you can turn coffee into tea" said Jihadi.


Kami tiga beranak ketawa.


"Kita pun lebih kurang sama macam teko dan air kopi ni"
 kata saya.


Amani dan Jihadi berpandangan di antara satu sama lain. Kehairanan bila saya samakan manusia dengan teko dan air kopi.


"Apa yang keluar di mulut kita biasanya apa yang ada di hati kita. Kalau hati kita bersih, tentunya kata-kata yang keluar dari mulut kita pun bersih dan sopan. Orang yang suka memaki hamun dan bercakap kotor itu menandakan hatinya tidak bersih. Sebab itu kita kena jaga hati kita supaya selalu bersih supaya perkataan yang keluar dari mulut kita pun bersih dan sopan. Kawan-kawan pun suka bergaul dengan kita. Sama macam teko ini. Kalau mummy  letak kopi atau teh, yang keluar ikut mulutnya ialah air kopi atau air teh yang baik dan sedap diminum. Kalau mummy letak air kotor atau air lumpur, macam mana?"
"Yukkss, no one will drink it" Jihadi said.


Perbualan kami tiga beranak berterusan sambil minum kopi dan makan biskut.


Sebagai ibu atau bapa, kita boleh saja mendidik anak-anak dengan cara tidak sengaja (informal) malah cara begini biasanya akan disukai oleh anak-anak. Sebenarnya kita mempunyai banyak peluang untuk mendidik anak-anak dengan cara informal seperti ini. Libatkan mereka dalam aktiviti seharian atau rutin kita. Bercakap dan menerangkan aktiviti yang kita lakukan boleh mengembangkan minda dan emosi mereka di samping menerapkan nilai-nilai murni ke dalam jiwa anak-anak kecil.


Next time, sebelum memulakan rutin atau aktiviti seharian kita (seperti memasak, menyapu sampah, menggosok pakaian dan lain-lain) tanya diri kita sendiri bagaimana kita boleh mendidik anak daripada aktiviti tersebut. Be proactive, be creative and be consistent!